Friday 15 May 2020

IBU SANG MULTITASKING DI MASA PANDEMI



          Masa Pandemi menginjak dua bulan sudah. Semua terasa sepi. Hingar bingar kendaraan lalu lalang tak ada lagi. Kota terasa mati karena Covid-19. Semua orang mengeluh, bagaimana hidup kita kedepan selanjutnya. Tapi ini bukan hanya masalah kita, dunia sedang dalam masalah besar. Semua cara untuk penanggulangan, daya dan upaya sudah dilakukan semaksimal mungkin untuk memutus penyebaran Covid-19.

          Sama halnya dengan bidang pendidikan, bidang yang saya geluti saat ini. Berprofesi sebagai seorang guru. Dalam masa WFH, tidak ada lagi rutinitas seperti biasanya seperti sediakala dimasa sebelum Covid-19. Saya hanya bekerja dari rumah, pembelajaran dan tugas sekolah dilakukan melalui daring saja. Kadang-kadang saya juga ke sekolah untuk melaksanakan tugas yang dirasa penting.

          Oke mari kita intip disisi lain, sisi keluarga dengan anak yang WFH. Anak-anak mereka yang selalu diam dirumah saja. Kisah ini saya ambil dari keseharian teman saya yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga dengan Embel-embel di belakangnya. Tidak hanya sebagai IRT, dianya juga memiliki bisnis sampingan. Berbekal jiwa entrepreneur, dia memulai bisnis dibidang kuliner, tepatnya kue-kue. Pada musim pandemi ini sangat dituntut partisipasi dari orang tua. Di pihak pendidik, tentu mereka akan selalu memberikan pedidikan seperti sedia kala sebelum pandemi. Siswa tidak boleh merasa kehilangan hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan. Disisi orang tua, meraka juga harus mendukung program tersebut dengan jalan mengawasi anaknya dirumah. Segala aktivitas yang akan dilakukan siswa terpantau oleh orang tua. Tugas maupun materi akan diberikan sehari sebelum pembelajaran itu dimulai.

          Vivin, teman saya yang seorang Ibu dengan 4 orang anak yang semua masih mengemban pendidikan. Dalam masa pandemi, dia harus mengurusi anak-anak di rumah. Biasanya di pagi hari rutinitas mengantar anak ke sekolah, mereka mendapat ilmu di sekolah dengan interaksi guru dan siswa lain. Sekarang, seluruh kegiatan belajar akan berpusat di rumah. Boleh dikatakan di dalam rumah ada sekolah. Mantap bukan???

          Anak Paling besar sudah kuliah, sudah aman dia bisa belajar mandiri karena sudah berpredikat sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiswa semester 2 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya sudah pasti bisa menyelesaikan tugas dengan dirinya sendiri.     Anak no. 2 masih duduk di kelas X. Anak no. 3 saat ini duduk di kelas IX dan paling bontot duduk di kelas V SD Nasional Plus Jembatan Budaya. Untuk anak no. 2 dan 3 yang diperlukan hanya pengawasan saja, mengecek keseharian apa ada masalah dengan tugas maupun pembelajaran daringnya. Itu bukan perkara sulit bagi Vivin. Pertolongan kecil kadang dilakukan oleh seorang ibu, disaat membuat video, paling tidak ibu membantu mengambilkan gambar. Untuk proses kirim tugas, interaksi selama pembelajaran bisa mereka atasi dengan gawai mereka masing-masing.

          Titik multitasking Vivin muncul di situasi ini. Untuk anak no. 4 yang saat ini masih di kelas V SD itu berbeda dengan kakak-kakaknya. Karena anak SD belum diperbolehkan memiliki gawai sendiri maka semua informari tentang tugas, link ujian dll akan di share dari grop WA oleh wali kelasnya lewat handphone para orang tua. Berarti Grop WA akan lebih aktif dari waktu biasanya. Pagi - pagi harus membuka WA grup, melihat apakah ada tugas untuk hari ini, menempel jadwal kelas online yang berisi pasword dll di tempat paling strategis agar si anak ingat.

Meetings link di tempel di kulas


Rutinitas anak di rumah sudah bisa dimapping. Bergerak dari Kamar menuju ruang keluarga untuk menonton TV menuju dapur. Ahhh itu sudah biasa. Banyak Ibu-ibu mengatakan dengan anak di rumah bisa berkali-kali masak. Mungkin menurut ibu bagaimana??? Itu hanya pendapat beberapa Ibu ya……

Setiap hari harus membaca WA Grop, Belum lagi membaca tugas kalau ada, memberitahukan untuk ngeprint tugas, kisi - kisi soal ujian dll, mengingatkan membuat tugas yang belum di kumpul dan mengecek link jadwal ujian sesuai jam yang ditulis, agar si anak tidak ketinggalan jam ujian onlinenya. Kadang hari Sabtu dan Minggu pun para harus ingat mengecek WA Grop karena kadang wali kelas memberikan info penting. Itu baru soal pemberitahuan tugas, link. Tugas berikutnya Ibu harus mengajarkan anaknya menjawab soal yang diberikan oleh guru. Bagaimana??? Ibuku jadi guruku. Ibu yang awalnya selow bisa jadi mendadak galak. Sampai banyak muncul meme lucu belajar di rumah. “Ibuku lebih Galak Dari Guruku”. Ya pasti Ibu akan merasa sangat kewalahan. Belum lagi terkait dengan Mood si Anak. Terkadang ulah si anak yang ogah - ogahan dalam mengerjakan tugas. Terkadang sambil mengajar dan menunggu si Anak belajar, Vivin melakukan kegiatan lain untuk membuat kue yang sudah masuk dalam list orderannya. Syukur-syukur itu semua bisa berjalan dengan lancar walau ada kendala dalam prosesnya.

Anak Vivin No. 4

Rutinitas yang dilakukan WFH

Saya sebagai guru hanya bisa meberikan semangat kepada orang tua siswa. Inilah salah satu bentuk kerjasama yang harus kami lakukan. Orang tua dan guru bersinergi dalam proses pembelajaran di masa pandemi Covid 19 ini. Tiada lain demi hak anak mereka mendapatkan pendidikan yang semestinya sesuai dengan amanah dari UUD 1945.

Mari berdoa agar Masa Pandemi Covid-19 ini segera berlalu. Semua bisa kembali sediakala. Anak-anak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Anaknya pun memperoleh pendidikan dari guru mereka. Tak bisa dipungkiri kami guru pun merasa rindu dengan siswa, terlebih lagi siswa yang pasti rindu teman dan guru-guru meraka.

0 comments:

Post a Comment