Masa
Pandemi menginjak dua bulan sudah. Semua terasa sepi. Hingar bingar
kendaraan lalu lalang tak ada lagi. Kota terasa mati karena Covid-19. Semua
orang mengeluh, bagaimana hidup kita kedepan selanjutnya. Tapi ini bukan hanya
masalah kita, dunia sedang dalam masalah besar. Semua cara untuk penanggulangan, daya
dan upaya sudah dilakukan semaksimal mungkin untuk memutus penyebaran Covid-19.
Sama
halnya dengan bidang pendidikan, bidang yang saya geluti saat ini. Berprofesi
sebagai seorang guru. Dalam masa WFH, tidak ada lagi rutinitas seperti biasanya
seperti sediakala dimasa sebelum Covid-19. Saya hanya bekerja dari rumah,
pembelajaran dan tugas sekolah dilakukan melalui daring saja. Kadang-kadang
saya juga ke sekolah untuk melaksanakan tugas yang dirasa penting.
Oke
mari kita intip disisi lain, sisi keluarga dengan anak yang WFH. Anak-anak
mereka yang selalu diam dirumah saja. Kisah ini saya ambil dari keseharian
teman saya yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga dengan Embel-embel di
belakangnya. Tidak hanya sebagai IRT, dianya juga memiliki bisnis sampingan.
Berbekal jiwa entrepreneur, dia memulai bisnis dibidang kuliner, tepatnya
kue-kue. Pada musim pandemi ini sangat dituntut partisipasi dari orang tua. Di
pihak pendidik, tentu mereka akan selalu memberikan pedidikan seperti sedia
kala sebelum pandemi. Siswa tidak boleh merasa kehilangan hak-haknya untuk
mendapatkan pendidikan. Disisi orang tua, meraka juga harus mendukung program
tersebut dengan jalan mengawasi anaknya dirumah. Segala aktivitas yang akan
dilakukan siswa terpantau oleh orang tua. Tugas maupun materi akan diberikan
sehari sebelum pembelajaran itu dimulai.
Vivin,
teman saya yang seorang Ibu dengan 4 orang anak yang semua masih mengemban
pendidikan. Dalam masa pandemi, dia harus mengurusi anak-anak di rumah.
Biasanya di pagi hari rutinitas mengantar anak ke sekolah, mereka
mendapat ilmu di sekolah dengan interaksi guru dan siswa lain. Sekarang,
seluruh kegiatan belajar akan berpusat di rumah. Boleh dikatakan di dalam rumah
ada sekolah. Mantap bukan???
Anak
Paling besar sudah kuliah, sudah aman dia bisa belajar mandiri karena sudah
berpredikat sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiswa semester 2 di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya sudah pasti bisa menyelesaikan
tugas dengan dirinya sendiri. Anak no. 2 masih duduk di kelas X. Anak no. 3
saat ini duduk di kelas IX dan paling bontot duduk di kelas V SD Nasional Plus
Jembatan Budaya. Untuk anak no. 2 dan 3 yang diperlukan hanya pengawasan saja,
mengecek keseharian apa ada masalah dengan tugas maupun pembelajaran daringnya.
Itu bukan perkara sulit bagi Vivin. Pertolongan kecil kadang dilakukan oleh
seorang ibu, disaat membuat video, paling tidak ibu membantu mengambilkan
gambar. Untuk proses kirim tugas, interaksi selama pembelajaran bisa mereka
atasi dengan gawai mereka masing-masing.
Titik
multitasking Vivin muncul di situasi ini. Untuk anak no. 4 yang saat ini
masih di kelas V SD itu berbeda dengan kakak-kakaknya. Karena anak SD belum
diperbolehkan memiliki gawai sendiri maka semua informari tentang tugas, link ujian
dll akan di share dari grop WA oleh wali kelasnya lewat handphone para orang
tua. Berarti Grop WA akan lebih aktif dari waktu biasanya. Pagi - pagi harus
membuka WA grup, melihat apakah ada tugas untuk hari ini, menempel jadwal kelas
online yang berisi pasword dll di tempat paling strategis agar si anak ingat.
Meetings link di tempel di kulas
Rutinitas anak di rumah sudah bisa
dimapping. Bergerak dari Kamar menuju ruang keluarga untuk menonton TV menuju
dapur. Ahhh itu sudah biasa. Banyak Ibu-ibu mengatakan dengan anak di rumah
bisa berkali-kali masak. Mungkin menurut ibu bagaimana??? Itu hanya pendapat
beberapa Ibu ya……
Setiap hari harus membaca WA Grop, Belum
lagi membaca tugas kalau ada, memberitahukan untuk ngeprint tugas, kisi - kisi
soal ujian dll, mengingatkan membuat tugas yang belum di kumpul dan mengecek
link jadwal ujian sesuai jam yang ditulis, agar si anak tidak ketinggalan jam
ujian onlinenya. Kadang hari Sabtu dan Minggu pun para harus ingat mengecek WA
Grop karena kadang wali kelas memberikan info penting. Itu baru soal
pemberitahuan tugas, link. Tugas berikutnya Ibu harus mengajarkan anaknya
menjawab soal yang diberikan oleh guru. Bagaimana??? Ibuku jadi guruku. Ibu
yang awalnya selow bisa jadi mendadak galak. Sampai banyak muncul meme lucu
belajar di rumah. “Ibuku lebih Galak
Dari Guruku”. Ya pasti Ibu akan merasa sangat kewalahan. Belum lagi terkait
dengan Mood si Anak. Terkadang ulah si anak yang ogah - ogahan dalam
mengerjakan tugas. Terkadang sambil mengajar dan menunggu si Anak belajar,
Vivin melakukan kegiatan lain untuk membuat kue yang sudah masuk dalam list
orderannya. Syukur-syukur itu semua bisa berjalan dengan lancar walau ada
kendala dalam prosesnya.
Rutinitas yang dilakukan WFH
Saya sebagai guru hanya bisa
meberikan semangat kepada orang tua siswa. Inilah salah satu bentuk kerjasama
yang harus kami lakukan. Orang tua dan guru bersinergi dalam proses
pembelajaran di masa pandemi Covid 19 ini. Tiada lain demi hak anak mereka
mendapatkan pendidikan yang semestinya sesuai dengan amanah dari UUD 1945.
Mari berdoa agar Masa Pandemi
Covid-19 ini segera berlalu. Semua bisa kembali sediakala. Anak-anak mendapatkan
kasih sayang dari orang tuanya. Anaknya pun memperoleh pendidikan dari guru
mereka. Tak bisa dipungkiri kami guru pun merasa rindu dengan siswa, terlebih
lagi siswa yang pasti rindu teman dan guru-guru meraka.
0 comments:
Post a Comment