Monday, 4 May 2020

Belajar Menulis Gelombang 10 Hari Ke-6


Penjarakan Semua Ego Diri, Impian Buku Yang Sempurna Terasa Nyata

Awal Minggu ke-2 Senin, 4 Mei 2020. Kita sudah menginjak pertemuan ke-6. Seperti biasa Pukul 14.00 Wita saya sudah mejeng cantik di depan handphone. Sebelum nara sumber mulai memaparkan materi, Om Jay mengirimkan powerpoint singkat dari beliau. Slide demi slide sudah di baca dan seluruh pikiran saya tertuju pada slide ini.
Sumber: Slide Presentasi Drs. Ukim Komarudin, M.Pd

Selang beberapa menit, sesi akan dimulai. Pembawa acara Mr. Bams memandu pembelajaran siang ini. Mr. Bams memperkenalkan nara sumber yang hadir. Beliau adalah Drs. Ukim Komarudin, M.Pd. Pada kesempatan kali ini beliau akan memaparkan materi terkait dengan “Pengalaman menulis di Penerbit Mayor.” Salah satu karya beliau adalah Buku Guru Juga Manusia. Beliau akan berbagi pengalaman menulis sampai menerbitkan sebuah buku.

Menulis merupakan sebuah kegiatan atau pekerjaan. Penulis adalah orang yang melakukan kegiatan menulis. Menurut beliau melalui menulis bisa dijadikan sebagai  tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Segala ekspresi diri sendiri bisa dengan leluasa kita tuangkan di dalam tulisan. Buanglah jauh-jauh rasa khawatir akan hasil tulisan yang dibuat. Maknai bahwa menulis sebagai sebuah kebutuhan dalam diri. Jangan hiraukan dengan ragam dan trend di masyarakat. Jadilah Penulis yang apa adanya.

Jadilah Penulis Apa Saja. Karena profesi beliau sebagai guru, beliau menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
Dengan menjadi penulis yang apa adanya dan menulis apa saja akan memunculkan berbagai komentar atas karya yang dibuat. Seseorang akan mulai mengkategorikan tulisan kita. Beberapa komentar yang didapatkan oleh Beliau terkait dengan karya menulisnya adalah ada yang berpendapat emotif, dapat membuat pembaca larut dalam cerita, bahasa sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum.  

Tergerak dengan beberapa komentar yang ada, beliau mencoba membukukan tulisan-tulisan yang terangkum dalam buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh. Beliau menyimpulkan judul yang cocok untuk buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi beliau dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).

Setelah sepenuhnya menjadi seorang penulis kita tingkatkan kualitas untuk menerbitkan tulisan yang telah dibuat. Dalam materi kali ini Bapak Drs. Ukim Komarudin, M.Pd memberikan tips dan trik menerbitkan buku :
1.    Apakah buku yang akan diterbitkan akan laku di pasaran??
2.    Apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya?
3.    Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)?
Ini adalah point-point utama yang harus dipersiapkan secara matang apabila ingin menerbitkan buku, terlebih utamanya bagi penulis yang dikategorikan masih pemula.
Seakan-akan pertanyaan itu mengungkung privasi beliau sebagai seorang penulis. Namun dibalik beberapa pertanyaan ternyata memiliki hikmah yang besar, karena itu adalah sebuah pengalaman yang harus di syukuri.

Penjarakan Semua Ego Diri demi sebuah Impian Buku Yang Sempurna

Lahirnya Buku yang sempurna tentu mengalami proses yang melibatkan tim editorial ( editor, desainer, illustrator dan layouter) agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca dengan baik. Apabila penulis terlalu menonjolkan keidealisannya, maka hasil karya itu hanya dinikmati untuk sendiri. Kalau pun ada yang membaca hanya segelintir orang saja. Tujuan dari menulis untuk memberikan manfaat buat orang lain akan terasa kecil. Sebelum buku itu siap diluncurkan penulis akan menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Tentu saja itu akan menimbulkan perasaan yang sangat gembira bagi penulis. Proses selanjutnya penulis harus menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak diterima.

Menurut keterangan Bapak Drs. Ukim Komarudin, M.Pd, hasil akhir, beliau mendapat konfirmasi terkait dengan terbitnya buku yang dibuat. Pertama, beliau menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, beliau diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini adalah bagian promosi untuk membuat buku laku dijual. Ketiga, diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian hasil yang ditunggu-tunggu adalah mendapat royaltinya.

Peran lain dari penulis juga harus mengusahakan bukunya bisa dinikmati orang lain. Salah satu caranya adalah promosi. Selain menjadi penulis beliau juga sebagai pembicara. Sambil menyelam minum air, dalam moment yang sama bisa juga untuk menjual buku-buku beliau.

Dalam kegiatan siang ini, Drs. Ukim Komarudin, M.Pd memberikan ruang sesi tanya jawab, berikut ini beberapa pertanyaan dari peserta.

P1 : Bagaimana  kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran.
Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.

P2 Bagaimana pengalaman om Ukim dalam tulis menulis; Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik; Media apa tempat mempublish tulisan om Ukim pertama kali; Bagaimana latar belakang buku “guru juga manusia” sehingga bisa best seller,  dan buku besy seller tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi); Dari awal mulai om menulis sampai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam menulis, saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb; Keseharian om ukim seperti apa kesibukannya; apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor dan buku mengumpulkan yg berserK tsb berapa naskah semu

Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang. Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst. Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu. Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga. Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran. Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.


P3 Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya?
Ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara.Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?

P4 Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya.

P5 Bagaimana cara mengatasi menulis banyak novel, dan cerpen tapi tidak sampai klimaks karena bosan;  Pertanyaan kedua,saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya? Pertanyaan berikutnya,saya mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu sudah betul? Pertanyaan ke empat,karena banyak orang yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulis

Diduga salah memilih kategori ekspresi menulis. Dalam menulis harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, dari lari jarak pendek karena latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Saya tipe orang yang sering menyembunyikan karya jika belum final. Saya orang teater, Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, tidak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh.

P6 Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan untuk menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan ,bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .

Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari diri sendiri dahulu. kalau dalam diri kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat. Dari situ, kita akan punya standar sendiri.

P7 adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)?

Penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif).
Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.

P8 apakah gaya bahasa sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa sehari-hari agar renyah dibaca orang?

Pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. kita akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman kita memuji tulisan kita, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan kita terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya kita."

Sebagai closing statement Bapak Drs. Ukim Komarudin, M.Pd. ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah setiap hari, karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Jadi mulai sekarang, tumbuhkanlah budaya untuk menulis setiap hari. Bertindaklah sebagi penulis apa adanya dan menulis apa saja. Hilangkan semua ego jika ingin menerbitkan hasil karya buku. Penulis akan selalu berjalan berdampingan dengan tim editorial demi melahirkan buku yang sempurna.


10 comments:

  1. Keren. Saya harus banyak belajar dari Ibu.

    ReplyDelete
  2. Wah ... jadi minder saya, semakin bagus karyanya, mantabs

    ReplyDelete
  3. Produktif banget nih Bu Elly... Teruskan, Bu!

    Salam,
    Nadiya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap bu Nadiya, saya masih mencoba dan meresapi ajaran dari menukis. Maaf tulisan belum baik, sy masih anak bawang hehehe

      Delete