Tuesday, 26 May 2020

Survive Saat Pandemi Covid-19


SURVIVE SAAT PANDEMI COVID-19

          Sudah menuju bulan ke-3. Covid-19 tetap menghantui kehidupan kita. Tak tau mana seseorang yang terjangkit atau tidak. Kunci dengan penerapan PHBS dirasa manjur. Berbekal youtube mendukung kita tahu segala informasi. Asal ada niat, itu rumusnya. Saya berusaha merangkai hal-hal yang terjadi dari awal muncul pandemi di negeri asalnya sampai singgah dan menetap di Indonesia, sampai saat ini.

          Bermula di Wuhan, Covid-19 lahir. Banyak rakyat yang meninggal dalam sekejap mata. Pergerakan bak serdadu. Secepat kilat menyebar ke berbagai negara. Kita di Indonesia merasa jauh dari Negara-negara itu. Awalnya Berfikir kita aman. Sampai pada akhirnya Indonesia terkena wabah Covid-19. Kasus pertama yang terjadi di Tanah Air menimpa dua warga Depok, Jawa Barat. Hal ini diumumkan langsung Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta. Diduga tertular virus corona karena kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. Kita pun mulai resah dan gelisah. Bagaimana nasib dan takdir kita selanjutnya. Seolah-olah dunia akan kiamat.

          Pemerintah mulai memberlakukan WFH, social distancing, PSBB. Pandemi sudah semakin jelas. Korban semakin hari semakin banyak. Kemarahan masyarakat akan wabah Covid-19 bagaikan kobaran api. Marah akan tindakan pemerintah. Semua marah. Bagi keluarga yang terkena Covid-19, sedih. Sedih kenapa musibah ini menimpa dirinya. Sedih dengan WFH penghasilan menurun. Sedih apakah bisa akan terus hidup dalam keadaan seperti ini. Alhasil semua tak menemukan jalan keluar. Mari ubah pola pikir kita saat ini. “Grief of cycle” menurut Dr. Elisabeth Kübler-Ross. Siklus kepedihan atau kedukaan pada seseorang. Ada 5 Tahapan Kedukaan tersebut :

1.     Denial (Penyangkalan)
Semua awalnya menyangkal. Pemimpin bangsa menyangkal akan pandemi ini, Dengan memakan salah satu makanan disinyalir bisa membuat kita terhindar dari pandemi. Namun yang ada pandemi datangnya pasti. Kita pun mengalaminya.
2.     Anger (Marah)
Emosi mulai terpancing. Marah-marahpun tak menyelesaikan persoalan.
3.     Bargaining (Menawar)
Mulai ada penawaran dan penurunan akan emosi marah. Pengendalian diri walapun dalam hati masih merasakan emosi.
4.     Depression (Depresi)
Emosi akan semakin turun. Seseorang akan menjadi semakin pasif. Penolakan dan berpasran terjadi pada fase ini.
5.      Acceptance (Penerimaan)
Akhirnya seseorang mulai menerima tentang kenyataan yang ada. Masa pandemi mau tidak mau harus dilalui. Kita akan semakin bisa beradaptasi dengan kondisi dan situasi.

Apabila seseorang sudah dalam fase penerimaan. Meaningful life pun akan terwujud. Hidup yang bermakna. Hope (Harapan). Seseorang yang selalu mempunyai harapan. Bagaimana caranya? Dengan memberikan pertolongan kepada orang lain. Tolonglah orang-orang yang kesusahan. Tumbuhkan kesadaran bahwa banyak orang lain yang jauh lebih susah daripada kita sendiri. Itulah makna dari Hope, meneruskan kehidupan.  
         
       Pasca setelah terjadinya Covid-19 menurut Bapak Rhenald Kasali, sebuah perjalanan baru yang membuat orang berada di tempat yang tidak dikenal. Jika dilihat lebih dalam ini adalah proses disrupsi dengan banyak hal-hal membuat manusia confident dengan teknologi. Saat itu kita memerlukan Explorative Mindset. Dengan cara menggali sejumlah bidang. Lakukan sejumlah hal. Eksplorasi dilakukan untuk memahami dan menemukan hal yang baru. Langkah-langkah persiapan harus dilakukan dalam proses eksplorasi. Harus pandai membaca konteks, harus mempersiapkan diri sejak dini. Meraka yang siap adalah mereka yang berhasil menangkap kesempatan.  

Referensi



10 comments: