SURVIVE
SAAT PANDEMI COVID-19
Sudah menuju
bulan ke-3. Covid-19 tetap menghantui kehidupan kita. Tak tau mana seseorang yang terjangkit atau tidak. Kunci dengan penerapan PHBS dirasa manjur. Berbekal youtube mendukung kita tahu segala informasi.
Asal ada niat, itu rumusnya. Saya berusaha merangkai hal-hal yang terjadi dari
awal muncul pandemi di negeri asalnya sampai singgah dan menetap di Indonesia, sampai
saat ini.
Bermula di Wuhan, Covid-19 lahir.
Banyak rakyat yang meninggal dalam sekejap mata. Pergerakan bak serdadu.
Secepat kilat menyebar ke berbagai negara. Kita di Indonesia merasa jauh dari Negara-negara
itu. Awalnya Berfikir kita aman. Sampai pada akhirnya Indonesia terkena wabah Covid-19. Kasus pertama yang terjadi di Tanah Air menimpa dua warga Depok, Jawa
Barat. Hal ini diumumkan langsung Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan,
Jakarta. Diduga tertular virus corona karena kontak dengan warga negara Jepang
yang datang ke Indonesia. Kita pun mulai resah dan gelisah. Bagaimana nasib dan
takdir kita selanjutnya. Seolah-olah dunia akan kiamat.
Pemerintah
mulai memberlakukan WFH, social distancing,
PSBB. Pandemi sudah semakin jelas. Korban semakin hari semakin banyak. Kemarahan
masyarakat akan wabah Covid-19 bagaikan kobaran api. Marah akan tindakan
pemerintah. Semua marah. Bagi keluarga yang terkena Covid-19, sedih. Sedih
kenapa musibah ini menimpa dirinya. Sedih dengan WFH penghasilan menurun. Sedih
apakah bisa akan terus hidup dalam keadaan seperti ini. Alhasil semua tak
menemukan jalan keluar. Mari ubah pola pikir kita saat ini. “Grief of cycle” menurut Dr. Elisabeth Kübler-Ross. Siklus
kepedihan atau kedukaan pada seseorang. Ada 5 Tahapan Kedukaan tersebut :
1. Denial (Penyangkalan)
Semua awalnya
menyangkal. Pemimpin bangsa menyangkal akan pandemi ini, Dengan memakan salah
satu makanan disinyalir bisa membuat kita terhindar dari pandemi. Namun yang
ada pandemi datangnya pasti. Kita pun mengalaminya.
2. Anger (Marah)
Emosi mulai
terpancing. Marah-marahpun tak menyelesaikan persoalan.
3. Bargaining (Menawar)
Mulai ada penawaran
dan penurunan akan emosi marah. Pengendalian diri walapun dalam hati masih
merasakan emosi.
4. Depression (Depresi)
Emosi akan semakin
turun. Seseorang akan menjadi semakin pasif. Penolakan dan berpasran terjadi
pada fase ini.
5. Acceptance (Penerimaan)
Akhirnya seseorang
mulai menerima tentang kenyataan yang ada. Masa pandemi mau tidak mau harus
dilalui. Kita akan semakin bisa beradaptasi dengan kondisi dan situasi.
Apabila seseorang
sudah dalam fase penerimaan. Meaningful
life pun akan terwujud. Hidup yang bermakna. Hope (Harapan). Seseorang yang selalu mempunyai harapan. Bagaimana
caranya? Dengan memberikan pertolongan kepada orang lain. Tolonglah orang-orang
yang kesusahan. Tumbuhkan kesadaran bahwa banyak orang lain yang jauh lebih
susah daripada kita sendiri. Itulah makna dari Hope, meneruskan kehidupan.
Pasca setelah terjadinya Covid-19
menurut Bapak Rhenald Kasali, sebuah perjalanan baru yang membuat orang berada
di tempat yang tidak dikenal. Jika dilihat lebih dalam ini adalah proses
disrupsi dengan banyak hal-hal membuat manusia confident dengan teknologi. Saat itu kita memerlukan Explorative Mindset. Dengan cara
menggali sejumlah bidang. Lakukan sejumlah hal. Eksplorasi dilakukan untuk
memahami dan menemukan hal yang baru. Langkah-langkah persiapan harus dilakukan
dalam proses eksplorasi. Harus pandai membaca konteks, harus mempersiapkan diri
sejak dini. Meraka yang siap adalah mereka yang berhasil menangkap kesempatan.
Referensi
semoga apa yg disampaikan pak rhenal aksali membuta kita belajar sepanjang hayat
ReplyDeleteKeren banget
ReplyDeletehttp://www.penamrbams.id
Siap Mr.Bams
DeleteWoww mantap
ReplyDeleteSangat bagus
ReplyDeleteMantabs, buk Elly tulisannya
ReplyDeleteLuar biasa Bu Elly
ReplyDeleteKereen Ibu, lengkap dan jelas...
ReplyDeleteKeren.....lanjutkan bu Elly.Teruslah berkrya
ReplyDeleteSudah keren begini tampilannya
ReplyDeleteKapan ya saya bisa