Ditolak , Ini Jurus
Jitu Versi Om Jay
Diakhir minggu, tepatnya hari Jumat,
15 Mei 2020 dalam kegiatan Menulis bersama Om Jay, nara sumber yang hadir adalah
Bapak Edi Rahman dengan topic Pengalaman Mengajar di Daerah 3T. Namun Bapak Edi
Arham berhalangan hadir karena ada rapat mendadak. Ini bukan masalah bagi Om
Jay, pemberian materi menulis untuk peserta harus tetap terlaksana. Alhasil Om
Jay yang menjadi Nara Sumbernya. Topik menarik kali ini Om Jay akan membagi
pengalamannya tentang Ditolak. Iya kisah
nyata Om Jay ditolak. Kisah Tulisan Om Jay yang Ditolak Penerbit Mayor.
Kata ditolak sudah pasti akan
menimbulkan reaksi kesedihan. Terlebih lagi jika karya yang kita buat serasa
dibuat dengan maksimal ditolak. Kejadian itu dialami Om Jay sewaktu buku yang
ditulis ditolak oleh penerbit. Secara alamiah pastilah seluruh badan akan
mengalami akibat dari penolakan itu.
Jurus jitu Om Jay sudah mulai muncul
dalam mengalami penolakan itu. Berbekal jiwa yang pantang menyerah dan hati
yang lapang dada menerima kenyataan Om Jay tetap tersenyum manis. Dari filosofi
gagal adalah awal dari sukses yang tertunda, membentuk pribadi Om Jay sebagai
guru tangguh berhati cahaya. Motto Om Jay, Gembirakan dirimu dengan terus
belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.
“
Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang
saya percaya , saya minta untuk memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi
lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa
terobati.Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen
pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat
mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya. Saya sangat berterima kasih
kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun. Dengan begitu buku yang saya susun menjadi
layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti
banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya
terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca".
Ditengah pemaparan materi oleh Om
Jay, Bapak Dr. Imron Rosidi membagi pengalamannya. “Saat saya menulis apa adanya, ternyata buku dilombakan menang. Tetapi
saya pernah menulis buku dengan judul Menulis Siapa Takut. Tapi kalah dalam
lomba dan saya kirim ke penerbit mayor. Ternyata lolos dan terus dapat royalty
5 tahun.”
Saya jadi banyak belajar semenjak
buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah
buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang
menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca
buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka
laris dibaca pembaca.
Saat itu saya semakin menggebu-gebu
semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke
pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar
menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak
ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.
Ketika bukumu ditolak penerbit,
teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka
tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual.
Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan
pantang menyerah.
Perbaiki dan terus perbaiki sehingga
penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun.
Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan
bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti
royalty buku yang kami terima saat ini.
Ini contoh buku yang ditolak penerbit
mayor. Kami tidak putus asa dan terus bersemangat untuk memperbaiki isi
bukunya. Akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku ini, kami keliling
Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.
Om Jay memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mengetahui jurus jitu versi Om Jay ketika ditolak Penerbit Mayor
:
Sebenarnya apa dasar alasan penerbit
menolak tulisan yg kita ingin kita berikan. Selain itu bagaimana kita memiliki
rasa percaya diri bahwa tulisan kita menarik, sudah sesuai enak dibaca
Dasarnya karena tulisan kita kurang
sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat
menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu
dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun. Seperti anda belajar
sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. tapi kalau sdh bisa mah enak enak saja
Bagaimana cara meyakinkan penerbit
agar buku kita diterima?
anda harus yakin dgn diri sendiri
dulu dan melihat peluang pasar, kalau anda saja sdh tdk yakin agak sulit
meyakinkan penerbit
Bagaimana cara menerbitkan buku dari
kumpulan resume yg telah kita buat? Sy ingin menerbitkannya, tapi bagamana
caranya? Ditawarkam kepada siapa?
Segera kumpulkan dari pertemuan
pertama sampai terkhir, gabung dalam satu file. kemudian lihat buku-buku yang
sdh diterbitkan penerbit andi, kemudian tawarkan ke penerbit andi yogya
Omjay, kalau menerbitkan buku di
penerbit indie dg biaya sendiri apakah ada fasilitas layout buku layaknya buku
yg diterbitkan di penerbit mayor. Soalnya kmrn sy menerbitkan buku pelajaran di
penerbit indie dg biaya sendiri isi materi tdk di ubah sama sekali tata
letaknya shg bukunya tdk menarik.
ada, tapi kita perlu keluar uang,
kalau di penerbit mayor kita tinggal terima beres. Bahkan cover dan layoutnya
sangat menarik sekali, sehingga banyak orang yang beli bukunya
Ketika kita menulis sebuah tulisan
tentang seseorang yang sangat menginspirasi apakah ada aturan untuk
menulisnya???
Katakan lah saya mau menulis saya
terinspirasi menulis karena belajar dari om Jay .Apakah kita harus menceritakan
latar belakang Om Jay dalam tulisan itu atau hanya di tulis kan namanya saja?Bebas
aja sih yang penting pesannya sampai dan keunikan apa yg anda lihat dari tokoh
tsb
Apakah ada ketentuannya jika menulis
artikel maupun menulis buku dalam hal
hitungan kata atau kalimatnya om?
tidak harus, tergantung apa yg
diminta oleh penerbit, kalau di penerbit andi sdh dijelaskan oleh pak edi, pak
agus dan pak joko dari penerbit andi, baca kembali materi yg telah mereka
sampaikan.
Kata-kata/kalimat yg seperti ini
mengalir dengan derasnya...., apa menulis itu mesti bakat alam ya Omjay
(soalnya saya tidak pandai merangkai kalimat....)
menulis itu bukan bakat tapi keterampilan,
jadi kalau dilatih tiap hari akan mahir menulis
Om
Jay juga mengirimkan e-book yang berjudul “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa
yang Terjadi”. Beberapa halaman sudah saya baca. Diakhir Sekapur sirih ada
tulisan yang menjadi motivasi saya untuk menulis. “Apa yang dilakukan Bapak
Wijaya Kusumah patut dicontoh. Selamat mengikuti ajakan Pak Wijaya Kusumah”.
Terimakasih ilmu yang bermanfaat Om
Jay
Peresume : Komang Elik Mahayani (elle.mahayani@gmail.com)
siaplah mengalami penolakan, setelah itu perbaiki lagi naskahmu
ReplyDeleteSiap Om Jay
DeleteHebat Bu Elly. Sdh jadi. Sip
ReplyDelete