Wednesday, 6 May 2020

Belajar Menulis Gelombang 10 Hari Ke-8



Terbitkan Bukumu, Catatkan Sejarah


Siapa sih yang tidak ingin dikenang??? Bingung bagaimana cara agar kita bisa dikenang sepanjang masa? Kali ini kita akan mendapatkan tips dan trik dari Nara Sumber yang hadir pada Pelatihan Kegiatan Menulis yang diselenggarakan oleh Om Jay. Beliau adalah Farrah Dina. Dengan umur yang masih muda, beliau memiliki segudang prestasi yakni Penerima beasiswa dari Kementrian Pendidikan Jepang (Monbukagakusho) untuk program Teacher Training (2014), Perwakilan Indonesia dalam program Global Women in Management di Washington DC, USA (2009), Lulusan Terbaik Fakultas Pertanian IPB (2003), Mahasiswa Terbaik Nasional Tingkat II (2002), Mahasiswa Terbaik IPB (2002). Saat ini Farrah Dina menjabat sebagai Pendiri & Ketua Yayasan Tangga Edu, aktif sebagai penulis dan sebagai pelatih guru.

Apa yang bisa kita tinggalkan untuk dikenang?? Dengan Buku. Di dalam buku akan memuat semua pikiran, perasaan yang bersifat abadi sehingga bisa dikenang sepanjang masa. Terdapat dua persoalan lain muncul yakni menulis dan menerbitkan buku. Mari kita kupas dengan cermat. Menulis adalah membuat karya, sebagai penulis tentu karyanya ingin bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga penulis memerlukan pembaca. Akibat dari karya yang baik tentu akan menuju ke Penerbitan. Jadikanlah itu sebagai tantangan menuju ke penerbit yang besar.

Menulis, kemudian diasah dan bisa di terbitkan dengan sangat baik. Menurut Farrah Dina (4 R ) dalam menulis  :
                   1.         Renjana
Passions/ Kesukaan. Apapun yang disukai itu jelas tanpa paksaan. Sesuatu yang sangat menarik, sehingga proses melakukannya itu dengan menyenangkan. Semua tulisan akan mengalir secara mudah jika sesuai dengan renjana kita. Apabila dalam menulis menemukan kendala dan kesulitan untuk menuntaskan tulisan secara terus menerus bisa dipastikan tidak sesuai dengan renjana kita. 
2.     Rutin
Tidak hanya rutin menulis, rutin membaca. Dengan banyak membaca akan bayak menimbulkan ide untuk menulis. Bedakan antara kosakata membaca dan menulis. Sesuaikan genre yang ditulis dengan genre yang dibaca. Perlu diingat penulis yang hebat memiliki waktu dan tempat yang khusus untuk menulis.
3.     Review
Lihatlah kembali apa yang kita tulis. Proses terpanjang adalah pada review. Tahap awal jika ada ide tulislah dan biarkan mengalir begitu saja. Review penting juga untuk melihat market kita. Perlu diingat jika kita mereview sendiri, tentu akan beranggapan karya kita sudah baik, tapi………
4.     Ruang Bagi Pembaca
Lakukan review dari pembaca yang akan kita tuju. Ruang pembaca dapat diartikan penulis memerlukan feed back atau umpan balik dari pembaca ke arah hasil tulisan yang maksimal. Ruang pembaca hendaknya tidak mempengaruhi jati diri dari seorang penulis.  

Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta dalam kegiatan menulis ini, berikut pertanyaan dan jawaban dari Farrah Dina :

Apakah kita harus melalui tahapan 4R itu agar buku yg diterbitkan berkualitas?
Tidak selalu seperti itu. Ini dirangkum dari pengalaman-pengalaman penulis yang hebat, yang sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan menulis yangg betul-betul sesuai degan renjananya lalu terbiasa menulis (rutin). Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing & lain-lainnya yang nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan review berulang (dan ini proses panjang). Seringkali bahkan naskah final sangat berbeda dr naskah awalnya. Kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari pembaca juga. Tapi jangan sampai kita juga hanyut menulis hanya untuk memenuhi kebutuhan pembaca, nanti tidak timbul kebahagiaan. Selamat terus menulis.

Bagaimana teknis / langkah mengubah tulisan dr best practice menjadi tulisan populer? 
Banyak buku-buku yang sekarang best seller adalah buku-buku ilmiah tapi disajikannya dalam bentuk populer tidak penuh dengan data-data yang memusingkan. Sebaiknya ibu membaca contoh buku-buku populer yang berdasarkan pendekatan ilmiah. Dari buku-buku ini yang saya perhatikan mereka akan membahas "Permasalahan" lalu "jawabannya" dengan sedikit-sedikit memasukkan teori-teori pendukung. Jadi yang dibahas bukan teroinya, ada unsur emosi kuat yang dibangun sehingga ada konektivitas dengan pembaca.
Beberapa contoh buku ilmiah dibuat populer (maaf yang terbayang saat ini buku-buku terjemahan), seperti: Good to Great (penelitian dari 500 perusahaan sukses dunia, The Miracle of Endorphin (pendekatan psikologis untuk metode pengobatan), The Leader in Me (praktik-praktik di sekolah yang menerapkan 7 Habit).
Bagaimana menampilkan "voice" pada buku populer atau membangun emosi, misalnya dengan memasukkan isi wawancara, atau data-data non formal yg lebih hidup.

Sebagai pemula saya masih bingung menentukan passion saya dimana. Bagaimana kita mengetahui passion kita dengan mudah.
Tidak sedikit orang yang merasakan hal yang sama dengan ibu. Memang ada orng-orang yang dari awal sudah tau apa bidang menulis yang akan digelutinya dan ada juga yang butuh waktu. Cara paling ampuh adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong kita untuk mengungkapkannya, nah itulah renjana kita. Cara lain paling mudah mengetahuinya adalah dengan melihat mana tulisan yang paling cepat saya selesaikan dan kita merasa mudah.

Menanyakan tentang pembuatan buku anak-anak. Misalnya kita menulis berdasarkan apa yang kita lihat, kemudian kita tambahkan dengan khayalan dan imajinasi kita boleh tidak. Jadi tidak pyur fiksi. Nah yang sperti itu termasuk kategori buku apa Bu.
Boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi.
Yang tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekekrasan. Saya pribadi keberatan dengan anak durhaka menjadi batu, siasat membuh raksasa seperti dalam legenda asal usul Danau Batur, dll. Sikap jahat akan ada akibatnya, dan bisa dalam bentuk imajinasi tapi sebisa mungkin berkaitan dengan perbuatannya & tidak berlebihan.

Apa yang ibu  lakukan sehingga dapat  menemukan passion ibu yaitu menulis buku anak?
Saya menemukan renjana saya berawal dari pendidikan sy di Amerika & Jepang yang di mana mereka sangat serius memikirkan buku anak. TIdak halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga berawal dari kebutuhan, saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke Indonesia masuk SD. Jadi saya harus mengajarkan membaca. Sy minta dikirimkan buku2 dari Indonesia tapi saya tidak puas. Lalu saya menulis buku sendiri dan ternyata itu menyenangkan buat saya dan saya merasa bisa memberi solusi pada permaslaahan yang ada.
Selanjutnya saya juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di pasar, buku anak berkualitas itu biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi motivasi besar, menciptakan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Ini yang menjadi motivasi terbesar dan itulah passion saya. Walaupun saya tetap memaksakan diri untuk terus menulis genre lain.
Karena rutinnya saya menulis buku anak dan pendidikan, saya agak meninggalkan bentuk tulisan ilmiah. Pada saat saya mengalami ini, saya "memaksa" diri saya untuk mengirimkan rencana penelitian utk mendapat beasiswa. Denagn tenggat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Ini juga perlu dilakukan. Alhamdulillah dengan research plan yg sy buat, sy bs diterima di univ di jepang.

Apa yang melatarbelakangi ibu mendirikan Tangga Edu dan juga bisa menjadi penulis
Yang menjadi motivasi saya adalah bagaimana memberi manfaat sebesar mungkin untuk negeri Indonesia tercinta ini.

Bagaimana memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi dalam menulis?
LAKUKAN... itu kunci utamanya pak... Dengan melakukan maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat terbiasa.... Saat ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan review berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi karya krn kita berkutat dengan banyak hal. Selamat menulis

Apakah seorang penulis harus fokus pada satu passion atau genre tulisan agar tulisannya betul-betul baik...dan memang ada tdk pngruh taste/rasa tulisan seseorang yang suka mngrjkn dua tulisan(fiksi dn non fiksi) secara bersamaan?
Sebagai awal, tulis dulu sesuatu yang mudah bagi kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang kita senang saat menuliskannya. Ini gunanya untuk memberi reward terhadap diri sendiri. Dengan jadinya naskah yang kita sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk terus menulis. Jika di awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan terhmbat, Tulislah sesuatu yang benatul2 isi kepala atau hati kita yang ingin disampaikan ke orang lain.
Selanjutnya, kita menyesuaikan diri dan bisa menulis dengan genre apapun, tentu dengan latihan dan pembiasaan. Bahkan kita pun harus bisa menulis sesuai dengan kebutuhan pembaca... Ini yang nantinya perlu dikuasai setelah kita menguasai sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita. Semangat menulis

Ada 4 R, salah satunya adalah Renjana, saya kurang pahan dari bahasa apa itu Renjana dan mengapa ibuk letakkan di poin paling atas?
Renjana adalah passion, ketertarikan kita pada satu hal yang kita akan mengerahkan energi kita untuk itu dengan senang hati. Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat jadi. Hasil tulisan yang jadi ini menjadi reward sendiri untuk kita sehingga kita akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi dengan berbagai genre agar kita menguasai  menulis berbagai hal.

Bagaimana caranya agar dapat menerima tanggapan pembaca yang negatif pada tahap ruang bagi pembaca?  Bagaimana tips mengubah penulisan ilmiah menjadi penulisan populer?
menerima tanggapan negatif memang tidak mudah. Jangan sampai juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan jati diri kita. Saat kita mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita tahu sebenarnya adalah penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama seperti apa yang ingin kita sampaikan? Jika berbeda, apa yang berbeda (tentu perlu ada ruang imajinasi yang berbeda antara pembaca dan penulis). Kemudian "keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka. Kalau tidak suka karena selera yang berbeda, maka bisa jadi pelajaran bahwa org dgn persona seperti dia bukanlah target pembaca kita.
Jika tidak sukanya karena "persepsi" atau "terjemahan" yang berbeda dari yang sebenanrnya ingin kita sampaikan, maka mungkin ada penulisan yang perlu diperbaik.

Pertanyaan saya kalau saya merasa renjana (passion)  saya membuat buku pelajan fisika. Apakah berarti sebaiknya saya menulis buku pelajaran fisika sj? Krn sy kalau mencoba menulis buku fisika terasa lebih ringan dibanding mencoba menulis  artikel dll.
Untuk tahap pertama maka sebaiknya pilih buku fisika. Ini untuk menciptakan reward bagi diri kita di awal agar kita terus termotivasi untuk menulis. Namun setelah itu lebarkanlah sayap... Coba buat artikel lain yang tetap mengaitkan dengan fisika (ilmiah menjadi populer) dan berkreasilah dengan genre2 lain... Sebagai tambahan, dapat dibaca pada jawaban pertanyaan kedelapan.

Sebelum menentukan R(uang) pembaca apakah kita perlu meneliti atau survey untuk calon pembaca buku kita. Lalu, bagaimana sebaiknya jika kita berharap pembacanya tidak terlalu spesifik?
Pada tahap awal kita menulis maka sebaiknya kita menulis untuk tujuan diri kita. Apa yang ingin kita sampaikan. Agar keluar jati diri kita sambil kita melihat yang cocok dengan tulisan kita itu pembaca yang bagaimana. BAru kemudian kita berkembang, mulai menulis berdasrkan "pesanan" artinya kita tentukan dulu sasaran pembacanya. Misalnya menulis untuk remaja maka ada bahasa2 yang perlu disesuaikan, maka kita menulis dengan "frame" pembaca di kepala kita... Nanti kita minta pendapat dari pembaca yang dituju sesuai sasaran.

Jika kita ingin dikenang sepanjang masa, ciptakanlah karya berupa buku. Namun ingat, dibalik buku dari penerbit yang besar ada penulis sejati. Dibalik penulis sejati ada tulisan yang luar biasa. Tulislah terus dan terus dengan mengingat 4R.





Peresume : Komang Elik Mahayani (elle.mahayani@gmail.com)

6 comments: