Berawal Buku
Harian Menuju Media Masa
Tidak ada yang instan di dunia ini, layaknya manusia tumbuh dewasa. Berawal dari lahirnya bayi mungil yang makin hari tumbuh dan berkembang menjadi insan dewasa. Sama halnya dengan proses menulis. Seseorang tidak akan bisa langsung menulis dengan hasil yang menakjubkan tanpa adanya suatu proses. Mengutip kata nara sumber yang hadir dalam kegiatan menulis bersama Om Jay.
Tidak ada yang instan di dunia ini, layaknya manusia tumbuh dewasa. Berawal dari lahirnya bayi mungil yang makin hari tumbuh dan berkembang menjadi insan dewasa. Sama halnya dengan proses menulis. Seseorang tidak akan bisa langsung menulis dengan hasil yang menakjubkan tanpa adanya suatu proses. Mengutip kata nara sumber yang hadir dalam kegiatan menulis bersama Om Jay.
“Sebelum
saya dapat mempublikasikan tulisan di media masa, saya belajar menulis di buku
harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan
diri untuk menuangkan gagasan”. Masalah yang paling mudah kita tulis adalah
apapun yang kita yakini, kita alami dan kita rasakan.
Nara Sumber yang hadir akan mengulas
lebih dalam tentang Pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah Republika.
Beliau adalah Bapak Asep Sapa’at. Seorang pendidik dan pemerhati karakter guru.
Dengan berlatar belakang pendidikan sarjana bidang Pendidikan Matematika dari Universitas
Pendidikan Indonesia.
Penjelasan awal mengenai pemahaman mengikat makna. Istilah mengikat makna
dipopulerkan oleh Alm. Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas
menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar,
rasakan, renungi. Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada
hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor
mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta
keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika
konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat
dengan diri kita.
Sifat,
Ranah dan Jenis Tulisan
Jenis
|
Ranah
|
Contoh Laras
|
Fiksi
|
Sastra
|
Prosa : cerpen, drama,
novel
Puisi : pantun, syair,
gurindam, haiku, dsb
|
Non
Fiksi
|
Akademis
|
Skripsi,
tesis,disertasi, artikel ilmiah, makalah, prosiding, bunga rampai, laporan
penelitian, dsb
|
Jurnalistik
|
Berita, feature,
artikel, esai, tajuk, rencana, resensi, surat pembaca,dsb
|
|
Bisnis
|
Laporan, presentasi,
business plan, marketing plan, notula, surta, dsb
|
|
Humas
|
Siaran pers,
advertorial, surat pembaca,dsb
|
|
Fiksi
|
Kisah
|
Biografi, autobiografi,
memoir
|
Catatan
|
Karangan khas
(feature), catatan perjalanan, profil tokoh
|
Berdasarkan kajian salah satu guru
menulis beliau, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat,
yaitu:
1. Pribadi
tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar
tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari,
surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2. Pribadi
terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi
dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul
akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet.
Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang
bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3. Publik
terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi
dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun
lingkup sesama teman yang saling kenal.
4. Publik
terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara
terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini
bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Sebelum bicara lebih teknis untuk
membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan
kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang
harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa. Tulisan akan memiliki jiwa
saat penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat
menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi
pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat,
dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan
ditulis.
5
Proses dalam Menulis yang harus dipahami :
1. Menggagas
menggagas
bisa diartikan memikirkan sesuatu
2. Menyusun
(draf)
a.
Menulis
bebas
b. Memasukkan
bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar
belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
c. Memasukkan
data dan fakta
d.
Mengembangkan
gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran
3. Merevisi
a. Membaca
ulang naskah secara keseluruhan sambil menandai bagian yang kurang jelas atau
kurang tepat
b.
Menimbang
bahan yang harus dibuang karena kurang relevan
c.
Menimbang
bahan lain yang dapat memperkaya tulisan
4. Menyunting
Menyunting:
Memastikan Tidak Ada Kesalahan. Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa,
ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.
5. Menerbitkan
Menentukan
publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Bapak Ibu
dapat memilih media daring atau media cetak.
Di luar teknis menulis yang
disampaikan di atas, faktor non teknis seperti disiplin menulis, tak pantang
menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga
tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis. punya jalinan
silaturahim dengan para redaktur di media masa. Kita mendapatkan informasi dan
masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.
Beberapa pertanyaan dari peserta
untuk bapak Asep Sapa’at
"Bagaimana
menyiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dengan waktu kirim/moment yg
tepat?"
Kita harus sensitif
dengan momentum yg akan terjadi, misal, 6 hari lagi merupakan momen Hari
Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang kita sudah mulai menyiapkan bahan
belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan
tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei.
Apa syarat tulisan
opini atau artikel bisa layak cetak di media?
Syarat paling utama
adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata
bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak
Bagaimana menyiasati
ketidakpercayaan diri atas tulisan yang sudah kita tulis?
Coba konsisten menulis
dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti jika sudah
mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat kritikan
dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa
menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.
Bagaimana mengasah
emosi dalam kepenulisan sehingga tulisan kita bisa berkualitas
Tuliskan sesuatu yang
benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Saya pernah membuat tulisan di
rubrik Hikmah Republika saat istri saya wafat. Wah susah memulai kata pertama
dan menutup kata terakhir karena saya ada rasa yang hadir menemani saat membuat
tulisan
Bertanya bagaimana ciri
artikel yang menarik untuk diterbitkan
Ide tulisan orisinal,
aktual dengan situasi kekinian di masyarakat, tata bahasa baik, data dan fakta
penunjang gagasan lengkap dan sahih.
Bagaimana ciri artikel
yang menarik untuk diterbitkan
Tulisan yang pasti
ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapka n media.
Misal, kita menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas
maksimal karakter tak diindahkan oleh kita.
Apakah ada kriteria
pembeda antar media cetak untuk bisa menerbitkan suatu tulisan
Setiap media cetak
punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal,
tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya
Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di
setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam
tulisan kita.
Prtnyaan ini terkait
dengan problem yang saya hadapi,saya mulai menulis dari bentuk-bentuk fiksi
yang isinya penuh majas dan ketika saya mencoba ke non fiksi yang ilmiah saya kesulitan.Apa
solusinya ?
Mulai pelajari
tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan bergenre nonfiksi.
Ala bisa karena biasa. Hal paling penting dalam tulisan opini (nonfiksi) adalah
tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas.
Bagaimana menyiasati
ketidakpercayaan diri atas tulisan yang sudah kita tulis?
Coba konsisten menulis
dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti jika sudah
mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat kritikan
dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa
menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.
Bagaimana caranya
supaya ide yang sudah kita miliki menjadi sebuah judul yang menarik untuk
dibuat suatu tulisan, karena kadang terlintas ide tetapi susah sekali
mencarikan judul yang tepatnya untuk ide tersebut
Ada beberapa pendekatan
saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi
ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul
bagian terakhir. Saran saya menulis dulu, nanti judul diputuskan terakhir.
Boleh minta pendapat ke guru menulis atau rekan sejawat terkait pilihan judul
dari tulisan yang sudah dibuat .
Bagaimana Cara kita
mengatasi hambatan yang disebabkan oleh kesulitan dalam mengalirkan gagasan
tersebut Pak. Selain kita berlatih terus tentunya.
Hambatan paling
mendasar kita sulit mengalirkan gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan
belum jelas. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang
penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita
menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat
menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti
itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu pengalaman
pribadi dan masih juga terjadi pada diri saya.
Apakah artikel-artikel
yang saya buat dapat diberikan angka kredit dalam penyusunan DUPAK ke IV.b ?
Saya kurang paham
terkait hal ini. Sejauh pemahaman awam saya, tulisan yang dimuat di media masa,
makalah yang dimuat dan dipresentasikan di seminar nasional atau internasional,
dan makalah yang dimuat di jurnal terakreditasi nasional bisa menyumbangkan
angka kredit yang bermanfaat untuk kenaikan pangkat. Saya punya dosen
pembimbing yang sangat produktif berkarya tulis, sekali menulis 2 judul makalah
untuk satu event seminar nasional. Kalau semua karya tulis didokumentasikan
dengan baik, belajar dari kiprah dosen pembimbing saya, beliau naik pangkatnya
cepat sekali. Kata kuncinya: konsisten berkarya tulis. Naik pangkat itu
bonusnya.
Peresume : Komang Elik Mahayani
(elle.mahayani@gmail.com)
lengkap sekali liputannya
ReplyDeleteSemoga selalu bisa menulis setiap hari ya Om Jay. Terimakasih Ilmunya
DeleteMantabs Bu Elly
ReplyDeleteIni berkat bu Ismi, yg selalu jadi penyemangat
DeleteLuar biasa, mantap
ReplyDelete