Tuesday 19 May 2020

Belajar Menulis Gelombang 10 Hari Ke-17


Bedah Prinsip Menulis "Dahlan Iskan"
Bersama Agus Sampurno


Selasa, 19 Mei 2020. Bertemu lagi dalam Kegiatan Menulis Bersama Om Jay. Nara Sumber yang hadir berprofesi sebagai fasilitator di PSF SDO Jakarta. Beliau adalah Agus Sampurno. https://gurukreatif.wordpress.com/.  Pengalaman (2018) sebagai  Master Trainer Sertifikasi BNSP. (2015-2013) Kepala sekolah Ananda Islamic School Jakarta Barat. (2013-2000)  Koordinator guru di Global Jaya International School Jakarta. (2009) Blog Pendidikan terbaik Detik.com (2010) Microsoft Indonesia Innovative Educators.  (2011) Guru Era Baru oleh Acer Indonesia. (2012)  The BOBs (Best of the Blogs)  Deutsche Welle Germany (2014) Penulis Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). (2014- 2016). Pengkaji Naskah Pustekkom Jakarta (2014-2017) KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)  juri dan pelatih lomba inovasi pembelajaran TK-SMA.

Topik kali ini akan mengangkat tentang “prinsip menulis ala Dahlan Iskan”. Sedikit profil beliau, Prof. Dr. Dahlan Iskan adalah mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group yang bermarkas di Surabaya. Pernah menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Beliau ternyata blogger.

Tulisan Prof. Dr. Dahlan Iskan
SATU PILOT

Yang ingin menyumbang paru terus bertambah. Sampai kemarin meningkat menjadi 30 orang. Demi nyawa seorang pilot Inggris itu. Yang bekerja di Vietnam Airlines itu.

Ia satu-satunya penderita Covid-19 di Vietnam yang berpotensi akan meninggal dunia (Baca DI’s Way: Satu Nyawa). Rakyat Vietnam tidak mau pilot itu meninggal. Agar Vietnam tetap tercatat di sejarah Covid-19 --sebagai satu-satunya negara yang tidak ada korban meninggal dunia.

Tapi kondisi paru pilot itu terus memburuk. Sekarang sudah sepenuhnya tergantung pada paru buatan. Darah pilot itu --namanya Pasien No. 91-- harus dilewatkan mesin yang berfungsi sebagai paru. Dari mesin itu darah dialirkan kembali ke jantung. Untuk diedarkan ke seluruh tubuh --dengan oksigen yang didapat di mesin paru itu.

Memang tim dokter sudah memutuskan: akan melakukan transplant paru. Tinggal menunggu donor. Sebenarnya transplant itu sudah dilakukan kemarin. Sudah ada orang meninggal di rumah sakit itu. Tapi, setelah diperiksa, parunya tidak sehat. Terkena infeksi. Batal.

UU di Vietnam memang masih melarang transplant dengan pendonor orang yang masih hidup --untuk menghindari perdagangan organ. Tentu pemerintah komunis Vietnam bisa saja bikin pengecualian. Kalau keadaannya sangat darurat.

Hanya, kondisi Pasien No. 91 itu masih bisa bertahan beberapa hari lagi. Dengan paru buatan itu. Siapa tahu masih akan ada lagi calon donor cadaver.

Transplant paru sendiri kini memang sudah mulai umum. Dengan biaya sekitar Rp 1 miliar (di India) atau Rp 1,5 miliar (di Inggris). Tergantung kondisi pasien.

Memang transplant paru sangat sulit. Tidak semudah transplant liver. Apalagi transplant ginjal. Namun kisah suksesnya sudah kian tinggi.

Satu kota kecil --untuk ukuran di sana-- di Tiongkok pun sudah bisa melakukannya. Kota Wuxi tercatat sebagai yang pertama melakukan transplant paru pasien Covid-19. Untuk dua paru sekaligus. Sukses pula.

Sejarah itu dibuat tanggal 29 Februari lalu. Itu hari Sabtu. Baru disiarkan media di sana hari Senin lusanya.

Kota kecil Wuxi letaknya satu jam perjalanan kereta cepat dari Shanghai --ke arah Nanjing. Wuxi adalah kota industri --semua daerah di antara Shanghai-Nanjing adalah kawasan industri. Setiap hari lebih 50 kereta cepat menghubungkan Shanghai-Nanjing. Beberapa di antaranya berhenti di stasiun Wuxi.

Pasien Covid-19 yang menjalani transplant paru di Wuxi itu berumur 54 tahun.

Sebenarnya ia sudah sembuh dari Covid. Sudah dites nucleus acid. Dua kali. Selalu negatif.

Tapi parunya bermasalah. Lendirnya sangat lengket di paru. Itu menyebabkan si pasien tidak bisa bernafas. Sangat tersiksa.

Tapi kondisi organ lain pasien itu sangat baik. Ia pun memenuhi syarat untuk di-transplant. Berhasil.

Vietnam memang belum berpengalaman di bidang itu. Belum ahli. Tapi tim Wuxi bisa dengan cepat membantu. Sesama negara komunis. Bertetangga pula.

Tapi kelihatannya Vietnam akan minta bantuan Jepang. Di Jepang sudah lebih sering dilakukan transplant paru.

Tim dari Jepang itulah yang selama ini membantu dokter Vietnam untuk mengembangkan ilmu transplant. Bahkan pernah mempraktekkannya.

Dan lagi Jepang lah sahabat terbaik Vietnam --bukan Tiongkok. Investor asing terbesar di Vietnam adalah Jepang. Hubungan Vietnam dengan Tiongkok seperti Wahabi dan Syi'ah. Sama-sama komunis tapi mazhabnya berbeda. Bahkan pernah saling serang.

Vietnam sangat percaya pada Jepang. Waktu dokter Vietnam ingin melakukan transplant pembimbingnya dari Jepang. Termasuk saat ingin mempraktekkan transplant paru yang pertama. Dua tahun lalu.

Dengan didampingi tim Jepang itu dokter Vietnam sudah sukses melakukan uji coba transplant paru itu. Di Ho Chi Minh City. Yakni tahun 2017. Pasien yang diuji coba waktu itu adalah seorang anak umur 7 tahun. Berhasil.

Tim itulah yang kelihatannya akan menangani transplantasi Pasien No. 91 sebentar hari lagi.

Memang tingkat sukses transplant paru ini masih rendah --dibanding transplantasi organ lainnya. Tapi kemajuan terus terjadi. Tahun lalu sudah 80 persen pasien transplant paru yang bisa hidup lebih dari 1 tahun.

Yang bisa hidup lebih dari lima tahun baru 30-50 persen. Yang bisa 8 tahun lebih kecil lagi.

Tapi tetap saja ada campur tangan Tuhan. Saya dulu --tahun 2006-- juga sudah diberi tahu: maksimal bisa hidup 5 tahun lagi. Bisa jadi benih-benih kanker akan muncul lagi. Saya diminta berpikir ulang.

Saya pun tetap memutuskan transplant. Kanker saya sudah memenuhi hati. Badan saya sudah bengkak. Wajah saya sudah menghitam.

Saya sangat siap untuk transplant. Tambah umur lima tahun sangatlah lumayan. Berarti akan meninggal umur 60 tahun. Sudah lebih pantas.

”Kalau organ yang lain masih tetap baik, lima tahun kemudian bisa transplant lagi,” ujar dokter waktu itu --memberi harapan tambahan.

Saya diam saja. Lima tahun masih lama. Dipikir kelak saja.

Menjelang lima tahun itu saya diperiksa detail sekali: tidak ada tanda-tanda munculnya kanker hati yang baru.

Alhamdulillah.

Lima tahun kedua diperiksa lagi. Tetap bersih.

Alhamdulillah.

Dua tahun lagi adalah lima tahun ketiga.

Kondisi badan pilot di Vietnam itu juga sangat baik. Semua organ lainnya masih mendukung. Kans untuk sukses sangat besar. Apalagi kalau kedisiplinan setelah transplant tetap tinggi --disiplin makan obat, atur diet, dan gaya hidup.

Bahkan di Amerika sudah ada bukti. Pasien transplant paru --tahap awal dulu-- masih hidup sampai sekarang. Sudah 26 tahun.

Namanya: Tom Mathews. Umurnya saat ini 55 tahun.

Peristiwa itu terjadi ketika umurnya 29 tahun. Di Cleveland, Ohio. Saat itu transplant paru baru dua tahun dicoba.

Tom memenuhi syarat untuk ditransplantasi. Ia sudah terancam meninggal segera. Ia menderita penyakit turunan: cystic fibrosis --lendir di paru yang mestinya cair menjadi lengket.

Organ lainnya baik.

Tom sehat kembali. Ia pun kawin dengan Kim. Lalu mengambil dua anak angkat: laki dan perempuan --kini berumur 22 dan 20 tahun.

Sepuluh tahun kemudian Tom harus transplant lagi. Kali ini lebih mudah: transplant ginjal. Mungkin akibat efek samping obat yang harus diminum rutin pasca transplant. Agar paru yang baru itu tidak ditolak oleh badan Tom. Efek samping obat itu memang tidak baik untuk ginjal, diabetes dan darah tinggi.

Mungkin yang terakhir itu pula yang membuat saya terkena tekanan darah tinggi. Sampai terjadi aorta dissection --pembuluh darah utama saya pecah sepanjang 50 cm. Itu terjadi di Madinah, Arab Saudi, tepat 10 tahun setelah transplant hati.

Itulah pandangan positif saya –daripada mengaku darah tinggi itu akibat sesuatu yang sia-sia itu.

Saya pun ikut optimistis pilot di Vietnam itu akan masuk golongan yang sukses. Bisa berumur panjang. Ia muda. Ia pilot --yang biasanya disiplin. Ia bukan wartawan --yang biasa urakan. Ia tidak merokok. Apalagi di Vietnam banyak gadis cantik nan jelita --seperti digambarkan dalam teater Miss Saigon. (Dahlan Iskan)

Cermati seberapa sering beliau menggunakan tanda baca koma?
Menurut anda beliau bercerita kehebatan beliau/pengalaman sendiri atau menceritakan sesuatu hal yang sedang jadi perhatian semua orang saat ini?
     
Dari tulisan Pak Dahlan Iskan  ada beberapa hal yang bisa kita ambil :
a.   Persingkat kalimat Anda.
b.  Buat poin Anda segera bisa dibaca atau ditebak.
c.   Persingkat pengantar.
d.  Gunakan kata-kata sederhana.
e.  Tambahkan grafik dan statistik.
f.   Gunakan lebih banyak titik, lebih sedikit koma.
g.  Menulis untuk membaca sepintas lalu, bukan membaca dalam-dalam.
h.  Tebalkan hal yang menjadi pokok pikiran utama.

Dalam menulis buat pembaca penasaran dengan kalimat pertama. Saat membuat paragraf persingkat hingga 3 kalimat. Buat kalimat hingga maksimal 17 kata. Potong kata-kata  menjadi kalimat yang lebih pendek jika Anda bisa. Terkadang, paragraf satu kalimat itu mengagumkan. Paragraf kecil lebih banyak dari Paragraf panjang. Semakin banyak titik, semakin sedikit koma. Periksa alurnya. Tautan ke kalimat berikut. Tambahkan detail berwarna-warni -- beragam. Hapus kata-kata yang tidak perlu. Hilangkan segala sesuatu yang menambah kebingungan. Tulis ulang setelah Anda menulis. Tulis ulang setelah Anda menulis

Komunikator yang buruk ia berkomunikasi seperti orang mengoceh. Komunikator yang baik meninggalkan detail yang tidak perlu. Komunikator yang luar biasa memperlakukan kata-kata sebagai komoditas yang paling langka.



Menurut Pak Agus Sampurno, saat menulis usahakan seperti bercerita. Sebuah tulisan harus memiliki maksud awal dan akhir. Tentukan target yang menjadi pembaca untuk tulisan yang dibuat. Dalam menulis penting sekali untuk memberikan ide atau gambaran pada pembaca. Tulis semua kata yg ada dipikiran. Baca kembali sebagai proses seleksi. Berikan pilihan atau masukan bagaimana mesti bersikap. Tambahkan metafora dalam tulisan. Konsep abstrak sulit dipahami. Tetapi metafora membuatnya konkret.Membaca tanpa metafora seperti tersandung di sekitar rumah Anda dalam gelap. Tetapi membaca dengan metafora seperti berjalan dalam cahaya.

Dalam menulis seseorang bisa menulis apa saja. Namun pertarungan sebenarnya adalah pada proses editing
.


Empat proses saat melakukan proses editing :

1.     Bagian 1: cek ide, area atau gambaran besar tulisan anda seperti struktur dan narasi. Sebenarnya apa yang anda ingin sampaikan.
2.     Bagian 2: Baca dengan kacamata  sebagai seorang krititikus yang paling keras  bagi tulisan anda sendiri.
3.     Bagian 3: Jangan menambahkan apa pun. Cukup hapus atau delete
4.     Bagian 4: Tambahkan gaya pada tulisan Anda untuk membuatnya indah


Mulailah dari sekarang belajar untuk menulis. Membaca beragam tulisan akan bermanfaat untuk referensi. Lambat laun gaya tulisan akan bisa terbentuk berkat pengalaman menulis.Dengan tulisan jadilah guru yang kreatif dan inspiratif bagi orang lain. Catatlah sejarahmu dengan karyamu.

Peresume : Komang Elik Mahayani (elle.mahayani@gmail.com)

2 comments: