Waktu itu saya masih menjadi mahasiswa
S1 di salah satu universitas di Yogyakarta. Tidak hanya sibuk belajar, saya yang
doyan kuliner sengaja untuk mencicipi nikmatnya kuliner di Yogyakarta. Jadah
Tempe, Tempe Mendoan, Gugeg, SGPC dan masih banyak lagi. Menuliskan saja saat
ini sudah membuat saliva keluar. Memang semua itu sungguh nikmat.
Bukan
hanya kuliner khas Yogyakarta saja yang saya cicipi, terkadang saya yang asli
Orang Bali rindu juga makanan khas Bali. Lawar, mmmmm itu benar-benar enak.
Cusss….segeralah saya menuju Rumah Makan Favorit saya jikalau rindu pulang. Saya
makan bersama teman. Semangat menikmati lawar, kami duduk dan makanan sudah ada
di depan mata. Suguhan terlihat lezat, sepiring nasi putih, piring-piring kecil
yang berisikan sayur, lawar, daging makin menggugah selera. *maaf ya mungkin
yang membacapun ikut menelan saliva atau bisa juga perut ikut keroncingan.
Saatnya
makan. Sendok dan garpu sudah memposisikan diri. Piring nasi dan lawar dan
teman-temannya sudah berposisi berdampingan. Sesuap demi sesuap masuk ke mulut,
mmmm….mantap benar. Suapan semakin ngebut, yaa karena enak dan lapar juga ya.
Krekk…tiba-tiba pertengahan suapan saya merasakan pahit, kunyahan langsung
terhenti. Mulai berpikir apa yang saya kunyah ini, rasanya sungguh tak enak
pahit. Ehhh… ternyata setelah saya keluarkan dari mulut, saya menggigit jeruk
limau/jeruk sambal. Kontak saja teman saya tertawa melihat saya dan berkata “kalau
makan itu harus hati-hati, jangan hanya lop masuk ke mulut, liat dulu”. Saya hanya
manggut saja sambil meminum air untuk menghilangkan rasa pahit akan jeruk limau
tersebut.
#pentigraf
0 comments:
Post a Comment