Thursday, 14 January 2021

Mimpi Baru Telah Lahir

 

      Menulis bukanlah kegiatan yang dekat dalam hidup saya. Jika di flashback kebelakang saya masih ingat disaat kelas 1 SD dulu. Ketika pelajaran Bahasa Indonesia anak-anak diminta untuk membuat beberapa rangkaian kata dengan mendeskripsikan sebuah gambar. Diwaktu yang sama pada saat pelajaran tersebut ada guru PPL yang melakukan observasi kelas dan yang kebetulan salah satunya guru les saya saat SD. Terang saja Guru Les saya melihat kelemahan yang saya miliki ketika saya diminta membacakan hasil deskripsi akan gambar yang saya lihat. Saya hanya bisa menyebutkan kalimat intinya saja tanpa ada kalimat pemanis yang lain. Kesimpulannya saya lemah dalam hal merangkai kata-kata dan berimajinasi.

          Sesampainya di rumah sewaktu belajar dengan Guru Les, saya diberikan waktu yang lebih banyak dalam hal merangkai kata dan membuat karangan. Namun apa daya karangan yang saya buat sangat singkat. Dan sejak saat itu saya sendiri menyimpulkan bahwa dunia merangkai kata sangat jauh untuk saya taklukkan. Bisa mengikuti saja sudah syukur itu batin saya.

          Sudah berpuluh tahun berlalu, hobby saya pun bermacam-macam dari kuliner, bermusik bahkan travelling. Namun Pandemi menyadarkan kelemahan yang saya miliki, dunia menulis. WFH diawal terasa menyenangkan namun makin lama makin bosan, mengikuti diklat menulis dari Om Jay dan AISEI disanalah pengantar mimpi baru saya. Belajar menulis menyenangkan juga. Walaupun Bahasa yang saya tulis terlihat polos dan apa adanya tidak menjadi beban buat saya. Terus berlatih itu yang utama.

          Pertama kali terlibat dalam menulis Buku Antologi senangnya sungguh luar biasa, beberepa kali ikut bergabung dalam antologi sangat seru bagi saya. Berikutnya meningkatkan diri membuat buku Solo sebagai kenang-kenangan saya belajar diklat menulis. Dan selanjutnya ikut bergabung menulis bersama Prof Eko di Oktober Impian, semoga saya benar-benar jadi kenyataan. Siapa tau ya…Dan pengalaman teman (Ibu Rita Wati) yang mengajarkan dan mengajak saya untuk menjadi Kurator Buku Antologi. Ibu Kanjeng yang dengan sabar membimbing serta memberikan ilmu untuk menjadi kurator yang baik. Tapi sepertinya saya masih banyak kesalahan dan harus belajar terus. Semangat selalu untuk belajar itu prinsip yang saya pegang.

          Benar kata Bu Kanjeng, ada perasaan yang sangat bahagia ketika buku Antologi telah di terima oleh para penulis. Dan yang membuat saya makin bahagia ternyata pengalaman pertama menjadi Kurator Antologi membuahkan karya Antologi sampai Jilid 2. Sungguh di luar prediksi saya. Banyak orang-orang hebat yang membantu lahirnya buku tersebut dan sekaligus melahirkan mimpi baru buat saya pribadi.






0 comments:

Post a Comment