Setelah sebelumnya Calon Guru Penggerak
telah mempelajari tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai
peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Untuk modul kali ini kita akan
memahami membangun budaya positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan
Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid.
Dalam modul kali ini kita akan merasa sangat
terbantu untuk mencapai visi guru penggerak dengan belajar bagaimana peran guru
dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid, dan bagaimana
membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan mengembangkan budaya
positif.
Dalam membangun budaya positif tersebut,
kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang
positif. kita akan diajak melakukan refleksi atas penerapan disiplin yang
dilakukan selama ini. Bagaimanakah strategi yang dilakukan dalam praktik
disiplin tersebut? Apakah kita sudah sungguh-sungguh mampu mengontrol
murid-murid atau itu hanya sebuah ilusi? Apakah selama ini kita sebagai
pendidik sungguh-sungguh menjalankan disiplin, atau kita hanya melakukan sebuah
hukuman? Di mana kita menarik garis pembatas?
Setelah kita mempelajari modul 1.4 tentang Budaya
Positif, mari kita lakukan sebuah Refleksi Terbimbing, untuk merefleksikan diri
sejauh mana pemahaman atas budaya positif yang terlah dipaparkan pada modul
tersebut.
Menurut Ki Hadjar,
Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan
manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu
kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya
hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan
berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga
manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan
sendiri. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan
karena menyangkut usaha untuk memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia
agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari
masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas
kekuatan sendiri. Sebagai Guru kita harus mengetahui posisi kontrol guru yaitu,
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovativ , dan berpihak kepada murid. Itu
semua harus kita pelajari dan praktekan agar kedepannya kualitas pendidikan
kita maju.
pemahaman
Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin
positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan
segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Pemahaman
saya akan konsep-konsep inti tersebut sangat berkaitan. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa untuk menciptakan sebuah budaya positif terlebih dahulu diciptakan
dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara
para warga kelas. Murid-murid perlu
mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan
peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.
Dalam keyakinan kelas terkandung nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip
universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang
suku, negara, bahasa maupun agama.
Pentingnya keyakinan kelas merupakan
salah satu cara untuk terwujudnya budaya positif dengan didukung sikap disiplin
positif. Makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung
menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. Disiplin positif
bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka.
Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan
mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk
mempromosikan perilaku yang baik.
Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi
pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian
mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan
ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di
saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik,
untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh
kembang mereka.
Terkadang dalam menerapkan sebuah disiplin
positif, guru akan mengambil beberapa peran yang bertujuan untuk mengubah
perilaku dari murid-murid. Untuk itu diperlukan sebuah posisi kontrol
seorang guru. Guru harus bisa memosisikan dirinya sesuai dengan perilaku yang
dilakukan oleh murid dengan tetap bertujuan untuk menerapkan disiplin positif. Kelima
posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman,
Monitor (Pemantau) dan Manajer
Dalam aktivitas siswa terkadang Tindakan
yang diluar keyakinan kelas yang telah ditetapkan sengaja dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan dasar setiap murid akan
berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan
dasar harus terpenuhi secara positif. Berikut ini kebutuhan dasar pada manusia kebutuhan
dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), cinta dan kasih
sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan
kekuasaan (power).
Selain
cara diatas salah satu satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai
bagian dari budaya positif di sekolah adalh dengan melakukan segitiga restetusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang
lebih kuat (Gossen; 2004)
Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan? Yakni Segitiga Restitusi
Tuliskan
pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti tersebut dalam
menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.
Disekolah kami memiliki sebuah keyakinan kelas
ataupun sekolah dengan tujuan menerapkan disiplin positif dalam berpenampilan
utamanya siswa laki-laki yang mengharuskan untuk bercukur rambut yang rapi. Selama
PJJ yang sistem pembelajarannya secara daring pastinya tidak akan terlalu
memperhatikan aturan terkait rambut pada siswa. Hal itu diakibatkan karena
siswa tidak datang ke sekolah. Tiba waktunya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
diberlakukan. Kami sebagai pendidik sadar bahwa ada kebutuhan dasar siswa akan Kebebasan
yang terdahulu didapan yang diabaikan sewaktu PTM.
Maka langkah yang saya lakukan adalah dengan
bertindak kontrol sebagai manager, mengingat siswa-siswa yang berambut lebih
gondrong yang saya temui sudah menginjak kelas IX. Mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi
atas permasalahannya sendiri. Dan diakhir ada perilaku perbaikan yang
dilakukannya.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.
Pernah yakni melakukan Restitusi memperbaiki
hubungan. Hal itu terjadi disaat siswa dibully oleh temannya. Efek pembullyan
yang pasti akan mengganggu perasaan teman dan bisa berefek semangat siswa untuk
datang ke sekolah. Untuk itu posisi guru adalah dengan menciptakan kondisi yang
aman bagi murid untuk menjadi jujur pada diri mereka sendiri dan mengevaluasi
dampak dari tindakan mereka pada orang lain. Sehingga siswa yang membully pun
harus menebus kesalahan dengan memperlakukan korban/teman yang dibully dengan
sangat baik tanpa menyentuh perasaan dan mentalnya.
Perubahan apa yang terjadi pada cara
berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda
setelah mempelajari modul ini?
Selama ini hukuman merupakan bentuk
pembelajaran disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman menmpunyai
arti berbeda. Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku
agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku Secara umum hukuman dalam hukum
adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang
dilakukan yang berpengaruh untuk karakter peserta didik dan tidak bagus untuk
psikologis anak.
Untuk menghindari itu semua, kita sebagai
pengajar bisa menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah dengan
tetap berkomitmen pada keyakinan sekolah dan memegang teguh Disiplin Positif.
Namun seiring perjalanan ada saja tingkah
murid yang akan menghambat budaya positif yakni dengan perilaku-perilaku menyimpang yang
diperlihatkan siswa sebagai bentuk kebutuhan dasar yang harus mereka penuhi.
Disini diperlukan peran kontrol guru untuk tetap menjaga budaya positif itu.
Upaya untuk membangun budaya positif disekolah
guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua yaitu dengan
sebagai guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif
dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik, Melibatkan dan
bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif serta diperlukan Restitusi
sebagai proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang
lebih kuat.
Pemahaman akan konsep budaya positif akan
mulai saya gunakan untuk merefleksikan diri atas segala kegiatan yang dilakukan
untuk mewujudkan dispilin positif bagi siswa dan sekaligus akan melakukan
perbaikan pada ssitem terdahulu serta menciptakan budaya positif yang ideal.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini
bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin
pembelajaran?
Mempelajari modul ini sangat penting bagi saya
selaku pengajar baik dalam memimpin pembelajaran. Hal itu disebabkan karena dalam
menjadikan dunia pendidikan yang berkualitas, Penerapan Budaya positif menjadi
salah satu faktor pendukungnya. Faktor hubungan antara guru dengan murid
menjadi faktor yang sangat penting dalam penerapan budaya positif di sekolah
karena setiap hari guru adalah orang yang paling sering berinteraksi dengan
murid.
Apabila dalam pembelajaran tidak dilandaskan
akan keyakinan kelas kemudian menerapkan displin positif maka sudah pasti
budaya postif dalam pembelajaran tidak akan tercipta. Terlebih lagi kebutuhan
dasar setiap murid yang berbeda-beda yang akan menyebabkan munculnya prilaku
yang mempengaruhi siklus budaya positif. Untuk itu peran kontrol guru dan
memberikan restisusi sangat diperlukan. Sehingga tujuan utama membentuk karakter
peserta didik yang berlandaskan profil Pancasila bisa terwujud.
Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat
dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
Menumbuhkan komitmen bersama untuk menerapkan
budaya positif dengan tetap melakukan kegiatan pembiasaan pada sekolah untuk
terus berperilaku sesuai denga keyakinan kelas yang telah disepakati. Bertindak
bijaksana sebagai guru untuk menjalankan posisi kontrol.
Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal
lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya
positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Sebagai seorang pendidik metode among sangat
penting diterapkan dalam menciptakan budaya positif serta memegang teguh
Trilogi pendidikan yakni Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani sehingga sedikit demi sediki komitmen dan pembiasaan akan segera
terwujud di sisi siswa.
Langkah-langkah awal apa yang akan Anda
lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?
Upaya untuk membangun budaya positif disekolah
guru harus bekerja sama dan berkolaborasi dengan kepala sekolah serta orang tua.
Guru dan Siswa berkomitmen bersama untuk
mewujudkan dan menerapkan keyakinan
kelas yang telah dibuat dan disepakati
Melakukan refleksi dan evaluasi serta kesempatan
bagi siswa untuk memberikan feedback atas apa yang kita lakukan.
0 comments:
Post a Comment