Tuesday 12 October 2021

1.4.a.6.1. Refleksi Terbimbing - Budaya Positif

 


Setelah sebelumnya Calon Guru Penggerak telah mempelajari tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Untuk modul kali ini kita akan memahami membangun budaya positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid.

Dalam modul kali ini kita akan merasa sangat terbantu untuk mencapai visi guru penggerak dengan belajar bagaimana peran guru dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid, dan bagaimana membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan mengembangkan budaya positif. 

Dalam membangun budaya positif tersebut, kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang positif. kita akan diajak melakukan refleksi atas penerapan disiplin yang dilakukan selama ini. Bagaimanakah strategi yang dilakukan  dalam praktik disiplin tersebut? Apakah kita sudah sungguh-sungguh mampu mengontrol murid-murid atau itu hanya sebuah ilusi? Apakah selama ini kita sebagai pendidik sungguh-sungguh menjalankan disiplin, atau kita hanya melakukan sebuah hukuman? Di mana kita menarik garis pembatas? 

Setelah kita mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif, mari kita lakukan sebuah Refleksi Terbimbing, untuk merefleksikan diri sejauh mana pemahaman atas budaya positif yang terlah dipaparkan pada modul tersebut.

Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan karena menyangkut usaha untuk memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri. Sebagai Guru kita harus mengetahui posisi kontrol guru yaitu, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovativ , dan berpihak kepada murid. Itu semua harus kita pelajari dan praktekan agar kedepannya kualitas pendidikan kita maju.

pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Pemahaman saya akan konsep-konsep inti tersebut sangat berkaitan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa untuk menciptakan sebuah budaya positif terlebih dahulu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas.  Murid-murid perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu. Dalam keyakinan kelas terkandung nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.

          Pentingnya keyakinan kelas merupakan salah satu cara untuk terwujudnya budaya positif dengan didukung sikap disiplin positif. Makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik.

Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

Terkadang dalam menerapkan sebuah disiplin positif, guru akan mengambil beberapa peran yang bertujuan untuk mengubah perilaku dari murid-murid. Untuk itu diperlukan sebuah posisi kontrol seorang guru. Guru harus bisa memosisikan dirinya sesuai dengan perilaku yang dilakukan oleh murid dengan tetap bertujuan untuk menerapkan disiplin positif. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer

Dalam aktivitas siswa terkadang Tindakan yang diluar keyakinan kelas yang telah ditetapkan sengaja dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan dasar setiap murid akan berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. Berikut ini kebutuhan dasar pada manusia kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan (power).

Selain cara diatas salah satu satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah adalh dengan melakukan segitiga restetusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

 Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan? Yakni Segitiga Restitusi


Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti  tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.

Disekolah kami memiliki sebuah keyakinan kelas ataupun sekolah dengan tujuan menerapkan disiplin positif dalam berpenampilan utamanya siswa laki-laki yang mengharuskan untuk bercukur rambut yang rapi. Selama PJJ yang sistem pembelajarannya secara daring pastinya tidak akan terlalu memperhatikan aturan terkait rambut pada siswa. Hal itu diakibatkan karena siswa tidak datang ke sekolah. Tiba waktunya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas diberlakukan. Kami sebagai pendidik sadar bahwa ada kebutuhan dasar siswa akan Kebebasan yang terdahulu didapan yang diabaikan sewaktu PTM.

Maka langkah yang saya lakukan adalah dengan bertindak kontrol sebagai manager, mengingat siswa-siswa yang berambut lebih gondrong yang saya temui sudah menginjak kelas IX. Mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Dan diakhir ada perilaku perbaikan yang dilakukannya.

 

  
  Dokumentasi siswa yang tidak melakukan disiplin positif kemudian melakukan perubahan perilaku

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.

Pernah yakni melakukan Restitusi memperbaiki hubungan. Hal itu terjadi disaat siswa dibully oleh temannya. Efek pembullyan yang pasti akan mengganggu perasaan teman dan bisa berefek semangat siswa untuk datang ke sekolah. Untuk itu posisi guru adalah dengan menciptakan kondisi yang aman bagi murid untuk menjadi jujur pada diri mereka sendiri dan mengevaluasi dampak dari tindakan mereka pada orang lain. Sehingga siswa yang membully pun harus menebus kesalahan dengan memperlakukan korban/teman yang dibully dengan sangat baik tanpa menyentuh perasaan dan mentalnya.

Perubahan  apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Selama ini hukuman merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman menmpunyai arti berbeda. Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan yang berpengaruh untuk karakter peserta didik dan tidak bagus untuk psikologis anak.

Untuk menghindari itu semua, kita sebagai pengajar bisa menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah dengan tetap berkomitmen pada keyakinan sekolah dan memegang teguh Disiplin Positif.

Namun seiring perjalanan ada saja tingkah murid yang akan menghambat budaya positif  yakni dengan perilaku-perilaku menyimpang yang diperlihatkan siswa sebagai bentuk kebutuhan dasar yang harus mereka penuhi. Disini diperlukan peran kontrol guru untuk tetap menjaga budaya positif itu.

Upaya untuk membangun budaya positif disekolah guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua yaitu dengan sebagai guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik, Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif serta diperlukan Restitusi sebagai proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.

Pemahaman akan konsep budaya positif akan mulai saya gunakan untuk merefleksikan diri atas segala kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan dispilin positif bagi siswa dan sekaligus akan melakukan perbaikan pada ssitem terdahulu serta menciptakan budaya positif yang ideal.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Mempelajari modul ini sangat penting bagi saya selaku pengajar baik dalam memimpin pembelajaran. Hal itu disebabkan karena dalam menjadikan dunia pendidikan yang berkualitas, Penerapan Budaya positif menjadi salah satu faktor pendukungnya. Faktor hubungan antara guru dengan murid menjadi faktor yang sangat penting dalam penerapan budaya positif di sekolah karena setiap hari guru adalah orang yang paling sering berinteraksi dengan murid.

Apabila dalam pembelajaran tidak dilandaskan akan keyakinan kelas kemudian menerapkan displin positif maka sudah pasti budaya postif dalam pembelajaran tidak akan tercipta. Terlebih lagi kebutuhan dasar setiap murid yang berbeda-beda yang akan menyebabkan munculnya prilaku yang mempengaruhi siklus budaya positif. Untuk itu peran kontrol guru dan memberikan restisusi sangat diperlukan. Sehingga tujuan utama membentuk karakter peserta didik yang berlandaskan profil Pancasila bisa terwujud.

Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Menumbuhkan komitmen bersama untuk menerapkan budaya positif dengan tetap melakukan kegiatan pembiasaan pada sekolah untuk terus berperilaku sesuai denga keyakinan kelas yang telah disepakati. Bertindak bijaksana sebagai guru untuk menjalankan posisi kontrol.

Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Sebagai seorang pendidik metode among sangat penting diterapkan dalam menciptakan budaya positif serta memegang teguh Trilogi pendidikan yakni Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani sehingga sedikit demi sediki komitmen dan pembiasaan akan segera terwujud di sisi siswa.

Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?

Upaya untuk membangun budaya positif disekolah guru harus bekerja sama dan berkolaborasi dengan kepala sekolah serta orang tua.

Guru dan Siswa berkomitmen bersama untuk mewujudkan dan menerapkan  keyakinan kelas yang telah dibuat dan disepakati

Melakukan refleksi dan evaluasi serta kesempatan bagi siswa untuk memberikan feedback atas apa yang kita lakukan.


0 comments:

Post a Comment