Friday, 27 August 2021

1.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 


Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Daoed Joesoef mengatakan, ketahanan dan kekuatan suatu bangsa terletak pada bidang Pendidikan (https://edukasi.kompas.com).  Itu menandakan bahwa maju tidaknya sebuah bangsa terletak dari kualitas Pendidikan yang ada disana. Sebagai pendidik, salah satu elemen yang terlibat langsung dalam Pendidikan, Nagaimanakah kita harus bertindak? Sudahkah selama ini kita optimal dalam memberikan pelayanan Pendidikan kepada peserta didik? Apakah metode dan cara kita mendidik sudah sesuai? Peserta didik yang lambat menerima pembelajaran, Pengelolaan kelas yang kurang maksimal. Begitu banyak pertanyaan jika kita membedah dengan lebih detail lagi.

Dibalik dengan segudang pertanyaan yang selalu ada dalam hati dan terngiang di sisi pendidik, mari bersama-sama berusaha dan mencari solusi agar Pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin membaik. Pendidikan bukanlah usaha yang bisa dilakukan oleh perseorangan. Diperlukan sebuah sinergi dan kolaborasi bersama.

Salah satu solusi dan jawaban yang dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud mengajak para guru-guru terbaik bangsa untuk menghadirkan perubahan nyata bagi pendidikan Indonesia dengan mendaftar menjadi Guru Penggerak. Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila ( https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak). Sebuah perubahan, suatu transformasi di unsur Pendidikan yang berorientasi pada peserta didik. Mencetak generasi Emas yang berkarakter dan Berbudaya yang berpijak dari filosifi Ki Hajar Dewantara. Kita ketahui bersama bahwa Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh Pendidikan Ternama di Indonesia.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril mengatakan program guru penggerak dituntut untuk berfokus pada pedagogi, serta berpusat pada murid dan pengembangan holistik. "Guru penggerak ini dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak,”. Salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat”. Kata kunci yang bisa kita petik adalah dua unsur selamat dan bahagia. Jika dilihat dari makna katanya selamat artinya terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka; bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan; kerusakan, dan sebagainya. Sedangkan bahagia artinya keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan) ( https://kbbi.web.id/ ). Konsep menuntun akan mengajak atau mengarahkan siswa yang jika diibaratkan sebuah kertas yang masih kosong melalui Pendidikan kita tebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara berikutnya adalah Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.6, paragraph 3). Ada peran pendidik yang tidak hanya mencekoki peserta didik dengan segudang teori tanpa ada pengaplikasian berupa tingkah laku, harus ada pembiasaan untuk melakukan perubahan atau perilaku yang baik dalam kehidupan nyata. Tujuan tak lain adalah untuk menciptakan Pelajar Pancasila.

Lingkungan menjadi andil suksesnya Pendidikan. Melalui Tri Pusat Pendidikan yaitu, pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan sekolah/ perguruan, pendidikan di lingkungan masyarakat niscaya Amanah dari Pendidikan itu akan lebih cepat terwujud. Orang tua mengambil posisi untuk mampu memberikan contoh dari kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan di lingkungan rumah. Lingkungan sekolah atau perguruan juga akan memberikan peranan dimana peserta didik akan menjalankan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik didalam kelas maupun diluar kelas. Dan tak kalah penting di lingkungan masyarakat , interaksi yang terjadi antara individu yang terkait dengan kearifan lokal yang ada di daerah sekitar akan mengajarkan pembiasaan dan membangun kecakapan pengembangan hidup pada peserta didik.

Di lingkungan sekolah sudah pasti tenaga pendidik yang memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan Pendidikan kepada peserta didik. Proses pemberian Pendidikan hendaknya bersifat merdeka, tanpa ada paksaan dan tekanan. Teknik mengajar dengan metode sistem among berarti mengajar dengan cara terbuka, kasih sayang, bebas, dan melindungi siswa dengan kesejukan dan kenyamanan pikiran. Dibutuhkan metode khusus yang menyulap pembelajaran serius terasa ringan dengan menyisipkan pola “bermain”. Mungkin istilah saya “Santai tapi Serius yang pasti membuat Smart”. Mencerdaskan kehidupan bangsa tak cukup berbekal sistem among. Trilogi Pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi panutan bagaimana seharusnya mendidik. Ing ngarsa sung tuladha (dimuka memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita), dan tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya) akan melahirkan calon pemimpin bangsa yang berkarakter.

Dilihat dari sudut pandang kearifan lokal mampu mendidik para generasi muda banyak hal, mulai dari karakter yang sangat relevan dengan pelajar Pancasila. Di Bali salah satu  kearifan lokal yang terkenal “Ngayah”. Jika dilihat dari makna katanya “Ngayah” istilah bagi seseorang ataupun kelompok yang bekerja dengan tulus ikhlas tanpa mendapatkan imbalan secara material (www.wikipedia.com ). Kemudian apabila dlihat makna esensial dari ngayah adalah tulus ikhlas, tanpa paksaan. Pendidikan pun juga memiliki filosofi yang sama. Merdeka belajar, memberikan kebebasan/kemerdekaan tanpa paksaan. Penanaman karakter juga bisa dilihat dari budaya ngayah tersebut seperti gotong royong dan kreatif.

Segala bentuk sinergi yang terjalin demi terwujudnya Pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan sarana dalam mencapai pembaharuan dan berkembang sesuai  dengan kodrat keadaan alam maupun zaman. Terlebih dengan situasi sekarang, perkembangan teknologi yang pesat akan menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran Abad 21. Ditambah dengan “Merdeka Belajar”, yang merupakan kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi. Merdeka belajar memfokuskan pada kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Guru juga diharapkan menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang muaranya memberikan hal yang terbaik untuk peserta didik. Dengan berbekal potensi peserta didik yang beraneka ragam serta memandang setiap peserta didik unik dengan berbagai macam intelektual yang dimilikinya.

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Selama pembelajaran saya percaya ada murid pintar dan bodoh. Tolak ukur keberhasilan dalam suatu pembelajaran dinilai dari sebuah angka. Terlepas meraka akan mampu mengaplikasikan teori yang saya berikan di kehidupan nyata. Orientasi akan lebih terarah pada ketuntasan kurikulum. Mengajar itu lebih tepat, tanpa menuntun, membimbing serta mengarahkan.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?

Pola mendidik yang harus diubah, metode among yang berazaskan Trilogi Pendidikan harus dipahami dan diaplikasikan dengan maksimal. Jadikan pembelajaran yang merdeka. Peserta didik datang ke sekolah bukan karena suatu paksaan dan keharusan. Munculkan kesadaran diri peserta didik bahwa datang ke sekolah untuk belajaran yang menyenangkan, tidak ada lagi kata terintimidasi. Yakinkan diri peserta didik bahwa mereka merupakan insan yang unik dengan keberagaman potonsi yang dimiliki, mari kita gali potensi mereka melalui pembelajaran holistik  sehinggan tercipta hubungan yang terbuka dan kolaboratif antara pendidik dan peserta didik.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD? 

Konsep Merdeka akan saya terapkan. Proses menggali bakat dan minat peserta didik melalui assesmen diagnosis awal, menciptakan kolaborasi dengan para orang tua, menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dan diakhir proses evaluasi serta tak lupa siap menerima feedback dari peserta didik.

   


 


0 comments:

Post a Comment